Rabu, 25 November 2015

Cerpen Kata Cinta Untuk Shally



 KATA CINTA UNTUK SHALLY

Fajar mulai merayap, membawa titik – titik salju dan sepercik cahaya mentari. Langit tampak cerah bersama sejuknya hembusan angin di pagi hari. Di balik jendela kamar apartemen, Shally tampak bingung dan murung. Wajahnya tak secerah mentari pagi, hanya terdiam membisu dan tampak membawa beban berat dalam hidupnya. Tak seperti biasanya, Shally yang selalu menyambut pagi dengan keceriaan dan semangat untuk melalui kesibukannya.
 Pesan manajer majalah busana masih terngiang jelas ditelinganya bahwa kontrak model untuknya dihentikan sementara waktu. Setelah pulang dari kota Rainbow ini, dia akan menjadi pengangguran dalam waktu tak tentu, jika dia tak bergerak cepat. Shally mencoba mencari solusi sebelum pulang ke Stanburg dan menjadi gadis pengangguran dan uang yang pas – pasan. Dalam lamunannya, Shally teringat dengan Virgin, sahabat karibnya. Mungkin Virgin bisa membantu mencarikan solusi untuk masalahnya itu. Kemudian Shally mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Virgin. Virgin yang selalu ada untuknya, mendengarkan keluhan Shally dan memahami keadaan sahabatnya itu. Akhirnya mereka berencana untuk makan malam di Café La Vista, Rainbow malam nanti.
Malam telah tiba, Shally bersiap – siap untuk berangkat menemui Virgin. Dengan dua rangkap pakaian musin dingin, syal kuning dan jaket hangatnya, Shally menutup tubuhnya rapat-rapat dan keluar dari apartement menuju Café La Vista dengan taxi yang sudah dipesannya.
Sesampainya di Café, Shally segera mencari Virgin yang sudah sepuluh menit menunggunya. Tampak gadis putih, berambut pendek pirang, dengan gaun simple berwarna merah, yang tampak sempurna di mata lelaki.
“Tak salah lagi, itu pasti Virgin.” Ucap Shally dalam hati, dan Shally langsung menghampirinya.
“Selamat malam gadis cantik” Sapa Shally.
“Hai, kau ini masih saja tak berubah. Selalu saja mengagetkanku” Jawab Virgin dengan nada yang agak kesal.
“Maaf, aku sudah lama tak menjailimu”
“Aah.. kau ini jail sekali. Tampaknya kau kedinginan?”
“Iya, salju diluar cukup tebal. Jadi pengen cepat – cepat pulang ke Stanburg”.
“Bilang saja kalau kontrakmu sudah habis disini.” Gurau Virgin
“Haha.., tau saja kamu. Model busana bulan ini lagi macet, maknya aku diberhentikan untuk sementara waktu dan sekarang aku butuh pekerjaan lain untuk mengisi pengangguranku”
“Sebentar, aku pesankan minuman untuk mengahngatkan tubuhmu, kemudian lanjutkan ceritamu.” Sela Virgin.  
Setelah menceritakan semua yang terjadi pada dirinya, Shally meminta agar Virgin memberikan solusi yang tepat untuknya. Akhirnya Virgin menawarinya pekerjaan sederhana yang dapat memberikan gaji lumayan untuk Shally, yaitu menjadi umbrella girl di Stanburg. Awalnya Shally menolak karena level pekerjaan yang rendah dari sebelumnya. Namun, karena jarak, waktu dan gaji yang menjadi pertimbangan, akhirnya Shally menyetujui. Setelah lama berbincang, mereka larut dalam gurau dan obrolan mereka hingga larut malam. Akhirnya Shally bisa kembali tersenyum. Dan malam itu Virgin akan bermalam di apartement Shally untuk menemaninya. Dengan mobil pribadinya, Virgin menuju ke sebuah toko baju dan mengajak Shally untuk membeli pakaian tidur yang sama persis. Lalu mereka menuju ke apartement Shally. Sesampainya disana, mereka memakai pakaian tidur mereka dan berfoto bersama, sambil bergurau dan sesekali Shally menjaili Virgin dengan melemparkan bantal dan boneka dari tangannya. Tampak sekali keceriaan tergambar di wajah Shally dan Virgin malam itu. Setelah merasa lelah, mereka terlelap tidur dengan posisi tubuh yang tidak beraturan dan ranjang tidur yang berantakan.
            “Kriiing… kriiiing… kriiing…” suara jam beker Shally  berdering, semakin lama semakin terdengar jelas.
Shally mencoba mematikan jamnya dengan mata yang masih terpejam. Virgin yang selalu bangun pagi, sudah tidak ada di sampingnya dan jam telah menunjukkan pukul 07.00 p.m.
            “Hai, kamu pasti mencariku kan?” Terdengar suara Virgin dari balik pintu dengan membawa bunga mawar merah dan tas plastik berisi makanan.
            “Iya, tapi aku tahu pasti kamu bangun duluan. Ngomong-ngomong kamu dari mana?”
            “Aku tadi keluar membeli makanan dan perlengkapan untuk perjalanan kita ke Stanburg”
            “Tapi kenapa kamu juga membawa bunga mawar itu?”
            “Iya, aku teringat dengan Vransisco. Ya sudah cepat bangun dan segera kemas barang – barang yang akan kamu bawa” ajak Virgin.
            “Siap, nyonya bawel. Hehehe..,” gurau Shally.
Setelah mereka menyiapkan semua perlengkapan dan bersiap – siap berangkat dengan gaun anggun dan paras cantik yang mereka kenakan, akhirnya mobil Pajero warna silver meninggalkan garasi apartemen Shally menuju bandara Internasional Rainbow. Setelah beberapa menit menunggu, Shally dan Virgin segera memasuki pesawat yang akan mengantarkannya ke Stanburg.
            Perjalanan panjang akan mereka tempuh dengan beberapa transportasi. Oleh karenanya mereka membutuhkan perbekalan yang cukup untuk 10 jam ke depan.  Setelah beberapa jam di pesawat mereka turun dan mengisi perut di salah satu rumah makan Bandara Stanburg. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan dengan taxi menuju stasiun Farenklin dan menaiki bis menuju rumah Shally. Hari itu orang tua Shally keluar kota bersama supirnya, oleh karenanya tidak ada yang menjemput mereka.
            Sepuluh jam berlalu, sampailah mereka di rumah Shally. Hanya ada pembantu yang membukakan pintu dan tukan kebun yang membawakan koper mereka.
            “Selamat malam Nona Shally dan Nona Virgin..” sapa pembantu Shally yang sudah lama bekerja padanya.
            “Malam… Bibi” Jawab Virgin.
            “Malam nona” Jawab bibi
Apakah. Bibi, sudah menyiapkan makan malam dan air hangatnya?” Tanya Shally.
“Sudah nona, silahkan mandi dan makan malam sudah siap di meja makan” Jawab bibi
“Iya, terima kasih” Ucap Shally sambil mengajak Virgin menuju kamarnya.
Setelah mandi dan makan malam mereka tidur di kamar yang terpisah. Keesokan harinya Virgin mengajak Shally untuk segera pergi ke kantor manajarial motor balap Stanburg untuk menemui manajernya penerimaan anggota. Mereka pergi dengan taxi, meskipun mobil Alphard warna putih terparkir di garasi rumah Shally. Karena Shally lain dari gadis pada umumnya. Jika gadis lain senang menikmati kemewahan dari orang tuanya maka Shally selalu ingin mandiri meskipun berlimpah kemewahan dari orang tuanya. Dia adalah gadis cantik, tinggi dengan bodi tubuh seperti gitar spanyol, baik, tegas, keras kepala dan mandiri tentunya.
 Hari itu Shally dan Virgin tampak sibuk sekali karenanya banyak hal yang harus mereka lakukan hari itu. Setelah beberapa menit berbincang-bincang dengan manajer umbrella girl dan menjalani beberapa tahap tes. Akhirnya tanpa banyak bicara Bapak Geeno sebagai manajer penerimaan umbrella girl menerima Shally sebagai salah satu anggota tetapnya. Sepulang dari kantor manajerial motor balap, mereka menuju toko pakaian olahraga untuk membeli kostum yang tepat untuk Shally. Karena besok dia harus sudah memulai pekerjaan barunya.
Pagi itu Shally tampak kembali mendapatkan semangat hidupnya. Virgin yang membangunkannya pagi – pagi sekali menyuruh Shally untuk segera bersiap – siap memulai aktivitasnya hari itu. Setelah bersiap – siap, mereka menuju arena balap nasional Stanburg bersama – sma. Diperjalanan Virgin menjelaskan apa saja yang harus dilakukan Shally sebagai Umbrella Girl nantinya agar kontrak yang telah disepakati tidak mendatangkan masalah untuknya. Shally mulai mengerti dan memahami pekerjaannya.
Sesampainya di arena balap, Shally segera mengganti pakaiannya sesuai dengan kostum lapangan. Kemdian dia menyusul Virgin yang sedang berbincang – bincang dengan Mr. Goone.
“Selamat pagi Mr. Goone” Sapa Shally
“Pagi Shally, kamu tampak cocok sekali dengan kostum barumu itu” Puji Mr. Goone
“Ini Virgin yang memilihkannya untukku”
“Aaah.. tidak, memang itu pantas saja ditubuhmu” Sela Virgin.
“Oh ya Shally, mulai sekarang kamu akan menjadi asisten Daniel Fernando. Silahkan kau penuhi apa yang dibutuhkannya untuk balapan. Dia akan dating sepuluh menit lagi” Ujar Mr. Goone
“Siap Mr. Semoga tidak mengecewakan Jawab Shally dengan semangat”
Setelah sepuluh menit berlalu, tampak dari kejahan seorang laki – laki bertubuh tinggi, putih dengan gayanya yang keren, menjadikannya sempurna. Padangan Shally terpukau melihatnya dan berharap dia bisa menjadi tim kerja yang kompak. Ketika kaki itu berhenti didepannya, Mr. Goone memperkenalkan Daniel kepadanya dan begitu sebaliknya. Namun ketika Shally menyapa dan mengulurkan tangannya, justru Daniel memalingkan muka dan meminta untuk segera memulai latihan. Benar – benar jauh dari harapan Shally, dia sangat kecewa dan sebal kepada Daniel.
Hari pertama kerja yang suram bagi Shally. Semua perintah yang diberikan Daniel harus dia kerjakan, hingga Shally sampai pada titik kemarahan.
“Hai Daniel, dari awal kita bertemu kamu sudah membuatku kesal. Dan sekarang kamu menyuruhku seenaknya dengan nada kerasmu. Apa kamu pikir aku ini pembantumu?” bentak Shally.
“Itu bukan masalahku, kamu disini itu dibayar” Jawab singkat Daniel.
“Meskipun disini aku dibayar tapi tidak selayaknya kamu memperlakukanku seperti itu. Punya hati gak sih kamu ini?”
“Huh., Kalau kamu tidak terima dengan perlakuanku ,silahkan pindah pembalap atau keluar dan terima sanksi hukumnya” jawab Daniel dengan senyuman masam, lantas meninggalkannya.
Kata terakhir Daniel yang membuat Shally tercengang dan mengingat perkataan Virgin bahwa jangan sampai kontrak kerja ini mendatangkan permasalahan  untuknya. Tak terasa jam menunjukkan pukul 03.00 p.m, waktunya untuk mengakhiri pekerjaan hari ini. Shally menyusul Virgin yang telah lama menunggunya di kantor manajerial bersama Mr. Goone dan staf lainnya. Kemudian mereka pulang bersama, diperjalanan ke terminal untuk mengantarkan Virgin pulang kerumah nenekya di Frains, Stanburg, Shally menceritakan apa yang dirasakannya di hari pertamanya menjadi umbrella girl. Shally hanya tersenyum dan menyuruhnya untuk beradaptasi dengan pekerjaan barunya itu.
Sesampainya diterminal, bis yang dipesan Virgin sudah menunggunya. Shally dan Virgin akan berpisah dalam waktu yang lama, karena tiga tahun kedepan Virgin akan menjalani pekerjaan barunya di Amsters yang jauh dari Stanburg. Tanpa sadar, air mata Virgin dan Shally berlinang. Persahabatan yang telah lama terjalin tampak berat sekali ketika harus terpisah, meskipun dalam waktu singkat. Tapi semua akan terasa lama karena jalinan yang sudah terikat erat menjadikan kita merindukan senyuman, canda tawa, dan tangisan bersama. Tapi bis akan segera berangkat, tangan Virgin mulai terlepas dari genggaman Shally.
“Virgiiin, aku akan selalu merindukanmu. Janagan lupa selalu beri kabar kepadaku” teriak Shally.
“Iya, aku juga dan selalu tak akan ku lupakan itu saudaraku” Jawab Virgin dengan suara yang semakin lama semakin menghilang seiringan dengan laju bis.
Satu tahun berlalu… kehidupan Shally tampak sepi tanpa kehadiran Virgin disampingnya, meskipun mereka masih saling komunikasi dengannya. Apalagi ditambah dengan kepenatan Shally yang harus selalu menemani Daniel yang sangat menyebalkan baginya. Hari – harinya semakin mendatangkan kekosongan, dengan orang tua yang tak pernah ada di rumah dan perilaku Daniel yang semakin lama semakin memuncak dan menjengkelkan. Meskipun mereka sudah satu tahun bekerja bersama – sama tapi perdebatan dan pertengkaran itu masih selalu hadir diantara kesibukan mereka.
Hingga tibalah saat dimana pameran otomotif diselenggarakan. Dan Mr. Goone meminta Shally untuk menjadi model di stand motor balap. Shally yang hari itu memakai celana pendek, dengan kostum kaos kuning motor balap, rambut panjang yang diikatnya dan memakai topi kuning tampak cantik dan sempurna sekali. Disertai dengan senyumannya yang menarik para pendatang pameran untuk berkunjung di stand motor balapnya, entah hanya sekedar bertanya ataupun membeli motor yang terpajang di standnya. Tak disangka Daniel yang sudah izin untuk berlibur, datang di pameran itu.
Dari kejauhan tampak sosok laki – laki gagah dengan gaya kerennya melangkahkan kaki dengan pasti. Namun, ketika di depan stand langkahnya tiba – tiba terhenti dengan mata kea rah Shally tanpa berkedip. Daniel benar – benar terpukau denga Shally hari itu, dia tampak berbeda dari biyasanya. Kemudian Daniel tak sadar menghampiri Shally yang sedang bergaya di samping motor yang dipamerkannya dan hendak mengatakan sesuatu. Namun sebelum dia mengucapkannya, suara lembut wanita menyelanya.
“Hai, ngapain kamu disini? Bukannya lagi ingin liburan ya?” Ujar Shally dengan sindirannya.
“Iyaa., Kamu tampak cantik sekali hari ini. Benar – benar wanita idaman.” Tanpa sadar  Daniel mengatakannya dan membuat Shally malu.
“Apa aku tidak salah dengar, kau memujiku cantik?” Tanya Shally memastikan.
 Dan Suara keras Shally menyadarkan Daniel dalam lamunan. Dia ingin menyetujuinya tapi dia malu dan menjaga reputasinya.
“Iiii…. Itu tadi hanya khayalan. Kamu percaya ya? Kasihan sekali kamu. Hahahaha..,” jawab Daniel dengan gugup.
“Oooh.., begitu, tapi sudah banyak orang yang memujiku hari ini”
“memang aku pikirin. Hai, ayo temani aku membeli perlengkapan untuk pertandingan besok”
“Kamu tidak lihat aku sibuk, lagi pula pekerjaanku sekarang disini. Besok saja atau kamu berangkat sendiri”
Mereka mulai bertengkar di tengah keramaian pameran itu. Hingga Daniel mengadu kepada Mr. Goone tentang penolakan Shally. Akhirnya Mr. Goone menyuruh Shally pergi bersama Daniel, dengan langkah kesal dan terpaksa Shally bersama Daniel meninggalkan pameran.
Di perjalanan Shally hanya diam, begitupun dengan Daniel. Hingga beberapa menit berlalu, dan suara Daniel memulainya.
“Hai.. kenapa kamu diam saja? Tak seperti biyasanya.”
“Masalah buat kamu?”Jawab Shally sinis
“Sudah, jangan memulai pertengkaran lagi. Aku ingin menenangkan pikiran hari ini”
Shally merasa ada yang aneh dengan Daniel hari itu, sepertinya dia lebih dewasa dari biyasanya
“Ow.., apa ada yang kamu ceritakan kepadaku?”
“Iya, jika kamu bersedia”
“Baiklah” jawab Shally dengan menganggukkan keoala.
Selama di perjalanan mereka terbawa suasana dan tampak saling memahami satu sama lain. Daniel menceritakan permasalahan yang dialaminya selama dua tahun ini. Shally ikut merasakan kesedihan itu dan merasa kasihan dengan Daniel. Setelah memberikan saran kepada Daniel, Shally mencoba mengajak Daniel pergi ke pusat perbelanjaan untuk membantu Daniel melupakan segala permasalahannya. Berjam – jam mereka bermain di pusat perbelanjaan bersama dan mereka makan malam bersama. Tampak indah sekali senyuman Shally malam itu, begitupun dengan Shally yang merasa mendapatkan sebuah bintang jatuh malam itu karena setelah satu tahun mengenal Daniel baru kali ini dia mendengar tawa lepas Daniel.
            Tak terasa sehari penuh mereka bersama hingga larut malam, dan kini waktunya untuk pulang. Tanpa banyak bicara Daniel mengantarkan Shally pulang hingga di depan rumahnya. Ketika Shally hendak masuk rumah, tiba – tiba Daniel memanggil dengan suara lembutnya.
“Shally…..”
“Iya Daniel….”
“Terima kasih ya untuk hari ini”
“Iya,sama - sama” kemudian Shally melanjutkan langkahnya.
“Shally…..”
“Iyaa”
“Selamat beristirahat”
“Iya, terima kasih” jawab Shally dengan senyuman
Malam itu sungguh berbeda dari hari – hari yang sudah mereka lalui bersama selama  satu tahun ini. Mereka saling berharap untuk menjadikan hari itu sebagai awal yang indah.
            Keesokan harinya Shally berangkat pagi – pagi sekali dan berpenampilan menarik dengan beberapa perlengkapan khususnya hari itu. Hari itu adalah hari special untuk Shally karena perubahan sikap Daniel dan hari itu dia juga akan melihat hasil kerjanya selama satu tahun ini. Dia akan melihat Daniel bertanding dengan para pembalap se Stanburg dan berharap juga menyaksikan kemenangan Daniel sebagai buah kerja kerasnya selama ini.
            Sesampainya di arena pertandingan, Shally mempersiapkan semua kepenrluan Daniel. Dan tampak para wartawan sedang mewawancarai Daniel sebagai juara berturut – turut di Stanburg. Namun tanpa menyapa Daniel, Shally lewat begitu saja dengan membawa botol air minum dan handuk yang akan digunakan untuk mengusap keringat Daniel nanti. Ketika wartawan menanyakan status hubungan pribadi Daniel, tanpa disadari Daniel menyebut nama Shally dan menghampirinya kemudian menggandeng tangannya.
“Apa benar saat ini anda berpacaran dengan Mr. Daniel” Tanya salah satu wartawan
Kemudian Daniel mengedipkan mata dan menggenggam tangan Shally, mengisyaratkan untuk mengatakan iya pada wartawan. Dengan terpaksa Shally menjawab
“iya, benar.”
setelah peristiwa itu semua orang menganggap mereka berdua mempunyai hubungan spesial. **********************************************************
setelah wawancara selesai, beberapa menit kemudian pertandingan dimulai. Shally yang sudah membawa persiapan untuk Daniel, menemani Daniel di arena pertandingan. Tak lupa dia memberikan dukungan kepada Daniel. Tak terasa pertandingan telah selesai, Daniel mengakhiri pertandingan dengan membawa kemenangan. Perasaan senang menjadikan emosi dalam diri Daniel tak terkendali. Setelah turun dari motornya, tanpa sadar dia memeluk Shally dan berterima kasih kepada Shally. Tanpa memperdulikan para penonton dan wartawan yang sedang mengambil gambarnya.
            Keesokan harinya, Shally menonton berita olahraga pagi itu. Ternyata seluruh media tidak hanya fokus pada berita kemenangan Daniel, namun juga membicarakan tentang hubungan Shally dengan Daniel. Kemarahan Shally memuncak melihat berita tersebut, kemudian dia segera bersiap-siap pergi ke kantor manajerial untuk merayakan kemenangan Daniel dan membicarakan gosip yang beredar dimedia.
            Sesampainya di kantor manajerial, Mr. Goone menyambut kedatangannya dengan senyuman dan pujian.
“selamat pagi umbrella girl cantik, selamat atas kesuksesanmu sebagai tim kesuksesan kami.”
“iya terima kasih banyak Mr. Goone”jawab singkat Shally.
            Kemudian, Daniel datang dan menyapanya denagn senyuman.
“hallo Shally....”
“hai, aku ingin bicara denganmu.”
“iya bicara apa?”
“aku tidak terima dengan perlakuanmu kemarin, karena itu semua media membicarakan berita tidak benar tentang kita.”
“tapi meskipun begitu kamu juga menyukainyakan?”
            Mendengar perkataan Daniel, Shally merasa kalah dan meninggalkannya ke teras  kantor manajerial. Melihat Shally yang sangat marah dari hari-hari sebelumnya, Daniel mencari alasan untuk menjelaskan semuanya melalui Mr.Goone. kemudian Mr. Goone menghampiri Shally yang sedang duduk sendiri dan menyuruhnya pergi dengan Daniel dengan alasan untuk membeli perlengkapan balap sebagai hadiah kemenangannya. Akhirnya Shally pergibersama Daniel, namun ditengah perjalanan Daniel bukan menuju toko perlengkapan balap namun pergi ke sebuah danau yang indah. Shally hanya terdiam melihat tingkah Daniel.
            Didanau yang indah itu, mereka duduk berdua ditepi danau, bersama hembusan angin dan sepasang angsa yang berenang bersama, hingga membawa ketenangan dan mendatangkan suasana yang romantis. Suasana danau itu mengingatkan Daniel pada masa kecilnya bersama kedua orang tuanya. Ditengah keharuan percakapan itu, Daniel menjelaskan maksud tingkahnya ketika di arena pertandingan kemarin. Tanpa disadari, tiba-tiba Daniel mengatakan sebuah kata manis yang mengagetkan hati Shally.
“Shally, kamu adalah wanita idamanku. Bolehkah aku menjadi cinta terakhirmu?”
“bukan waktunya untuk bercanda Daniel..” jawab Shally
“aku benar-benar tulus mencintaimu karena Tuhan.”
Kata-kata itu mendebarkan hati siapapun yang mendengarnya. Shally hanya terdiam dengan tatapan kosong, hingga suara Daniel membangunkannya dari lamunan.
“bagaimana Shally, maukah kamu menerima cinta tulusku ini?”
“iya, aku ingin kau menjadi cinta terakhirku.”
            Hari itu pemandangan danau terasa lebih indah dari ribuan hari yang pernah Daniel lalui di danau ketenangan itu. Sekarang Daniel merasa sangat bahagia, bersama wanita calon pendamping hidupnya. Setelah setengah hari menenangkan diri dan menyatukan hati di danau itu, mereka pergi ke sebuah rumah makan. Ditengah perjalanan mereka bercanda gurau dan tidak ada lagi suasana pertengkaran, yang ada hanya suasana saling menyayangi diantara keduanya.
            Enam bulan berlalu, hubungan mereka tak pernah ada perselisihan. Hingga ketika Daniel sakit dan mengharuskannya untuk istirahat di rumah, datanglah seorang wanita berbangsa Perancis bernama Fransisca menjenguk kerumah Daniel. Daniel yang dari awal tak pernah menyukai Fransisca, tidak mau menemuinya. Karena paksaan ibu Daniel yang terburu-buru meninggalkan Fransisca, akhirnya Daniel menemui Fransisca yang sedang duduk diruang tamu.  
“Hai Daniel, kamu sakit apa” Tanya Fransisca
“Tak apa, butuh istirahat saja” Jawab Daniel sinis.
Kemudian Daniel menyibukkan diri dengan membaca surat kabar pagi itu, tanpa menatap Fransisca sedikitpun.
***
Shally yang sudah bersiap – siap berangkat, segera mengambil tas dan berjalan menuju jalan raya. Tiba – tiba telepon genggamnya berdering, dan dilihatnya Mr. Goone menelepon.
“Hallo Mr. Goone. Aku segera berangkat.”
“Bukan itu yang ingin aku bicarakan. Hari ini Daniel sakit jadi kuliburkan”
“Benarkah?”
“Apa kau benar tak tahu? Tadi ibunya menelponku.”
“Oh, iya. Terima kasih”
Wajah Shally menjadi suram dan sangat khawatir dengan keadaan Daniel. Shally mencoba menelpon Daniel, namun tidak ada jawaban. Akhirnya Shally berpikir untuk langsung pergi ke rumah Daniel. Sebelum menuju ke rumah Daniel, Shally pergi ke mini market membeli buah untuk membawanya ke rumah Daniel.
            Sesampainya di rumah Daniel, pembantunya yang sudah lama mengenal Shally membukakan pintu dan mempersilahkan dia masuk. Shally langsung menuju ke ruang tamu dan Daniel sangat terkejut melihat kedatangan Shally.
“Shally, kenapa kamu tidak bilang kalau mau datang kerumahku?” Tanya Daniel terkejut.
“Iya, Mr. Goone bilang kamu sakit” Jawab Shally
“Ooo.., jadi ini wanita yang namanya Shally. Dasar wanita gembel, tak berpendidikan dan tak tahu malu. Aku ini tunangan Daniel” Sela Fransisca
Shally kaget mendengar kata itu, hingga menjatuhkan buah yang sudah dibawanya.
“Kenapa kamu bengong? Silahkan pergi, jangan mengganggu kebahagiaan kami berdua”
Shally merasa sangat dilecehkan dan berlari meninggalkan ruang tamu itu.
“Jangan Shally! Jangan percaya perkataan wanita gila ini.”
Namun Shally tak mau mendengarkan dan tetap berlari. Melihat Shally seperti itu, Daniel ikut sakit hati dan mendorong Fransisca hingga tersungkur di lantai. Kemudian mengejar Shally sampai ke jalan raya. Namun saat Daniel berusaha menjelaskan Shally justru berlari dan masuk ke dalam taxi dengan deraian air mata.
Kemudian Daniel kembali pulang untuk mengambil mobilnya. Namun sebelum dia pergi, Daniel menemui Fransisca yang masih di ruang tamu dan menangis.
“Hai wanita gila, ngapain kamu menangis di rumahku? Pergi kamu dari rumahku. Sebenarnya kamu itu wanita yang tak berpendidikan dan tak tahu malu. Aku tak pernah mencintaimu tapi untuk apa kamu selalu datang ke rumahku dan membujuk ibuku. Cepat pergi!” Bentak Daniel.
Tanpa menjawab apa – apa, Fransisca pergi dengan malu dan sakit hati. Setelah itu, Daniel pergi ke rumah Shally dengan perasaan cemas. Beberapa kali telepon Daniel tidak dijawab oleh Shally. Sesampainya di rumah Shally, pembantu Shally membukakan pintu dan mempersilahkan Daniel duduk. Beberapa kali pembantu Shally mengetuk pintu kamarnya, namun tidak ada jawaban dan hanya terdengar isak tangis Shally. Pembantu Shally menjelaskan keadaan Shally dan mempersilahkan Daniel kembali menunggu atau kembali besok setelah Shally sudah tenang. Setelah beberapa saat Daniel menunggu dan mengirim SMS kepada Shally untuk menemuinya, Daniel memutuskan untuk pulang dan kembali lagi besok.
“Bi, ya sudah. Saya kembali besok saja” Ucap Daniel
“Iya tuan, Nona Shally kalau sudah mengamuk sulit sekali untu membaik”
“Jangan lupa bujuk dia untuk makan ya Bi”
“Iya tuan, pasti saya lakukan”
“Terima kasih Bi, saya pulang”
Hari selanjutnya, pagi sekali Daniel sudah berangkat ke rumah Shally. Ditemui Ibu dan Ayah Shally di rumah. Kemudian Daniel menceritakan semua yang terjadi pada mereka, dan orang tua Shally mencoba membujuk Shally untuk menemui dan menjelaskan cerita sebenarnya. Dengan penjelasan orang tua Shally, dia berharap Shally mau menemui Daniel. Namun tetap sama, Shally masih tidak mau menemui Daniel dan dia pulang dengan perasaan hampa. Keesokan harinya Daniel kembali datang, namun dia pulang dengan perasaan yang sama dengan sebelumnya.
            Setelah satu minggu tidak berkomunikasi. Tiba – tiba telepon Shally berdering dan dilihatnya Mr. Goone menghubunginya, kemudian di jawabnya.
“Selamat Pagi Mr Goone”
“Pagi, Shally jangan lupa besok pertandingan tingkat Internasional. Jadi persiapkan dirimu untuk kembali membawa kemenangan untuk Stanburg”
“Tapi Maaf Mr. Saya tidak berani berjanji untuk datang”
“Saya harap kamu datang dan tolong jangan membuat kecewa Stanburg”
“Iya”
Tidak seperti biasa, Shally menutup telepon dengan tidak sopan dan sangat tidak bersemangat.