KATA CINTA UNTUK SHALLY
Fajar
mulai merayap, membawa titik – titik salju dan sepercik cahaya mentari. Langit
tampak cerah bersama sejuknya hembusan angin di pagi hari. Di balik jendela kamar
apartemen, Shally tampak bingung dan murung. Wajahnya tak secerah mentari pagi,
hanya terdiam membisu dan tampak membawa beban berat dalam hidupnya. Tak
seperti biasanya, Shally yang selalu menyambut pagi dengan keceriaan dan
semangat untuk melalui kesibukannya.
Pesan manajer majalah busana masih terngiang
jelas ditelinganya bahwa kontrak model untuknya dihentikan sementara waktu.
Setelah pulang dari kota Rainbow ini, dia akan menjadi pengangguran dalam waktu
tak tentu, jika dia tak bergerak cepat. Shally mencoba mencari solusi sebelum
pulang ke Stanburg dan menjadi gadis pengangguran dan uang yang pas – pasan.
Dalam lamunannya, Shally teringat dengan Virgin, sahabat karibnya. Mungkin
Virgin bisa membantu mencarikan solusi untuk masalahnya itu. Kemudian Shally
mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Virgin. Virgin yang selalu ada
untuknya, mendengarkan keluhan Shally dan memahami keadaan sahabatnya itu.
Akhirnya mereka berencana untuk makan malam di Café La Vista, Rainbow malam
nanti.
Malam
telah tiba, Shally bersiap – siap untuk berangkat menemui Virgin. Dengan dua
rangkap pakaian musin dingin, syal kuning dan jaket hangatnya, Shally menutup
tubuhnya rapat-rapat dan keluar dari apartement menuju Café La Vista dengan
taxi yang sudah dipesannya.
Sesampainya
di Café, Shally segera mencari Virgin yang sudah sepuluh menit menunggunya.
Tampak gadis putih, berambut pendek pirang, dengan gaun simple berwarna merah,
yang tampak sempurna
di mata lelaki.
“Tak
salah lagi, itu pasti Virgin.” Ucap
Shally dalam hati, dan Shally langsung menghampirinya.
“Selamat
malam gadis cantik” Sapa Shally.
“Hai,
kau ini masih saja tak berubah. Selalu saja mengagetkanku” Jawab Virgin dengan
nada yang agak kesal.
“Maaf,
aku sudah lama tak menjailimu”
“Aah..
kau ini jail sekali. Tampaknya kau kedinginan?”
“Iya,
salju diluar cukup tebal.
Jadi pengen cepat – cepat pulang ke Stanburg”.
“Bilang
saja kalau kontrakmu sudah habis disini.” Gurau Virgin
“Haha..,
tau saja kamu. Model busana bulan ini lagi macet, maknya aku diberhentikan
untuk sementara waktu dan sekarang aku butuh pekerjaan lain untuk mengisi
pengangguranku”
“Sebentar,
aku pesankan minuman untuk mengahngatkan tubuhmu, kemudian lanjutkan ceritamu.”
Sela Virgin.
Setelah
menceritakan semua yang terjadi pada dirinya, Shally meminta agar Virgin
memberikan solusi yang tepat untuknya. Akhirnya Virgin menawarinya pekerjaan
sederhana yang dapat memberikan gaji lumayan untuk Shally, yaitu menjadi
umbrella girl di Stanburg. Awalnya Shally menolak karena level pekerjaan yang
rendah dari sebelumnya. Namun, karena jarak, waktu dan gaji yang menjadi
pertimbangan, akhirnya Shally menyetujui. Setelah lama berbincang, mereka larut
dalam gurau dan obrolan mereka hingga larut malam. Akhirnya Shally bisa kembali
tersenyum. Dan malam itu Virgin akan bermalam di apartement Shally untuk
menemaninya. Dengan mobil pribadinya, Virgin menuju ke sebuah toko baju dan mengajak Shally untuk membeli pakaian tidur yang sama persis. Lalu
mereka menuju ke apartement Shally. Sesampainya disana, mereka memakai pakaian
tidur mereka dan berfoto bersama, sambil bergurau dan sesekali Shally menjaili
Virgin dengan melemparkan bantal dan boneka dari tangannya. Tampak sekali
keceriaan tergambar di wajah Shally dan Virgin malam itu. Setelah merasa lelah,
mereka terlelap tidur dengan posisi tubuh yang tidak beraturan dan ranjang
tidur yang berantakan.
“Kriiing… kriiiing… kriiing…” suara
jam beker Shally berdering, semakin lama
semakin terdengar jelas.
Shally
mencoba mematikan jamnya dengan mata yang masih terpejam. Virgin yang selalu
bangun pagi, sudah tidak ada di sampingnya
dan jam telah
menunjukkan pukul 07.00 p.m.
“Hai, kamu pasti mencariku kan?”
Terdengar suara Virgin dari balik pintu dengan membawa bunga mawar merah dan
tas plastik
berisi makanan.
“Iya, tapi aku tahu pasti kamu
bangun duluan. Ngomong-ngomong kamu
dari mana?”
“Aku tadi keluar membeli makanan dan perlengkapan untuk
perjalanan kita ke Stanburg”
“Tapi kenapa kamu juga membawa bunga mawar itu?”
“Iya, aku teringat dengan Vransisco. Ya sudah cepat
bangun dan segera kemas barang – barang yang akan kamu bawa” ajak Virgin.
“Siap, nyonya bawel. Hehehe..,” gurau Shally.
Setelah mereka
menyiapkan semua perlengkapan dan bersiap – siap berangkat dengan gaun anggun
dan paras cantik yang mereka kenakan, akhirnya mobil Pajero warna silver meninggalkan
garasi apartemen Shally menuju bandara Internasional Rainbow. Setelah beberapa
menit menunggu, Shally dan Virgin segera memasuki pesawat yang akan
mengantarkannya ke Stanburg.
Perjalanan panjang akan mereka tempuh dengan beberapa
transportasi. Oleh karenanya mereka membutuhkan perbekalan yang cukup untuk 10
jam ke depan. Setelah beberapa jam di
pesawat mereka turun dan mengisi perut di salah satu rumah makan Bandara
Stanburg. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan dengan taxi menuju stasiun
Farenklin dan menaiki bis menuju rumah Shally. Hari itu orang tua Shally keluar
kota bersama supirnya, oleh karenanya tidak ada yang menjemput mereka.
Sepuluh jam berlalu, sampailah mereka di rumah Shally.
Hanya ada pembantu yang membukakan pintu dan tukan kebun yang membawakan koper
mereka.
“Selamat malam Nona Shally dan Nona Virgin..” sapa
pembantu Shally yang sudah lama bekerja padanya.
“Malam… Bibi” Jawab Virgin.
“Malam nona” Jawab bibi
“Apakah. Bibi, sudah menyiapkan makan malam dan air
hangatnya?” Tanya Shally.
“Sudah
nona, silahkan mandi dan makan malam sudah siap di meja makan” Jawab bibi
“Iya,
terima kasih” Ucap Shally sambil mengajak Virgin menuju kamarnya.
Setelah
mandi dan makan malam mereka tidur di kamar yang terpisah. Keesokan harinya
Virgin mengajak Shally untuk segera pergi ke kantor manajarial motor balap
Stanburg untuk menemui manajernya penerimaan anggota. Mereka pergi dengan taxi,
meskipun mobil Alphard warna putih terparkir di garasi rumah Shally. Karena
Shally lain dari gadis pada umumnya. Jika gadis lain senang menikmati kemewahan
dari orang tuanya maka Shally selalu ingin mandiri meskipun berlimpah kemewahan
dari orang tuanya. Dia adalah gadis cantik, tinggi dengan bodi tubuh seperti
gitar spanyol, baik, tegas, keras kepala dan mandiri tentunya.
Hari itu Shally dan Virgin tampak sibuk sekali
karenanya banyak hal yang harus mereka lakukan hari itu. Setelah beberapa menit
berbincang-bincang dengan manajer umbrella girl dan menjalani beberapa tahap
tes. Akhirnya tanpa banyak bicara Bapak Geeno sebagai manajer penerimaan
umbrella girl menerima Shally sebagai salah satu anggota tetapnya. Sepulang
dari kantor manajerial motor balap, mereka menuju toko pakaian olahraga untuk
membeli kostum yang tepat untuk Shally. Karena besok dia harus sudah memulai
pekerjaan barunya.
Pagi
itu Shally tampak kembali mendapatkan semangat hidupnya. Virgin yang
membangunkannya pagi – pagi sekali menyuruh Shally untuk segera bersiap – siap
memulai aktivitasnya hari itu. Setelah bersiap – siap, mereka menuju arena
balap nasional Stanburg bersama – sma. Diperjalanan Virgin menjelaskan apa saja
yang harus dilakukan Shally sebagai Umbrella Girl nantinya agar kontrak yang
telah disepakati tidak mendatangkan masalah untuknya. Shally mulai mengerti dan
memahami pekerjaannya.
Sesampainya
di arena balap, Shally segera mengganti pakaiannya sesuai dengan kostum
lapangan. Kemdian dia menyusul Virgin yang sedang berbincang – bincang dengan
Mr. Goone.
“Selamat
pagi Mr. Goone” Sapa Shally
“Pagi
Shally, kamu tampak cocok sekali dengan kostum barumu itu” Puji Mr. Goone
“Ini
Virgin yang memilihkannya untukku”
“Aaah..
tidak, memang itu pantas saja ditubuhmu” Sela Virgin.
“Oh
ya Shally, mulai sekarang kamu akan menjadi asisten Daniel Fernando. Silahkan
kau penuhi apa yang dibutuhkannya untuk balapan. Dia akan dating sepuluh menit
lagi” Ujar Mr. Goone
“Siap
Mr. Semoga tidak mengecewakan Jawab Shally dengan semangat”
Setelah
sepuluh menit berlalu, tampak dari kejahan seorang laki – laki bertubuh tinggi,
putih dengan gayanya yang keren, menjadikannya sempurna. Padangan Shally
terpukau melihatnya dan berharap dia bisa menjadi tim kerja yang kompak. Ketika
kaki itu berhenti didepannya, Mr. Goone memperkenalkan Daniel kepadanya dan
begitu sebaliknya. Namun ketika Shally menyapa dan mengulurkan tangannya,
justru Daniel memalingkan muka dan meminta untuk segera memulai latihan. Benar
– benar jauh dari harapan Shally, dia sangat kecewa dan sebal kepada Daniel.
Hari
pertama kerja yang suram bagi Shally. Semua perintah yang diberikan Daniel
harus dia kerjakan, hingga Shally sampai pada titik kemarahan.
“Hai
Daniel, dari awal kita bertemu kamu sudah membuatku kesal. Dan sekarang kamu
menyuruhku seenaknya dengan nada kerasmu. Apa kamu pikir aku ini pembantumu?”
bentak Shally.
“Itu
bukan masalahku, kamu disini itu dibayar” Jawab singkat Daniel.
“Meskipun
disini aku dibayar tapi tidak selayaknya kamu memperlakukanku seperti itu.
Punya hati gak sih kamu ini?”
“Huh.,
Kalau kamu tidak terima dengan perlakuanku ,silahkan pindah pembalap atau
keluar dan terima sanksi hukumnya” jawab Daniel dengan senyuman masam, lantas
meninggalkannya.
Kata
terakhir Daniel yang membuat Shally tercengang dan mengingat perkataan Virgin
bahwa jangan sampai kontrak kerja ini mendatangkan permasalahan untuknya. Tak terasa jam menunjukkan pukul
03.00 p.m, waktunya untuk mengakhiri pekerjaan hari ini. Shally menyusul Virgin
yang telah lama menunggunya di kantor manajerial bersama Mr. Goone dan staf
lainnya. Kemudian mereka pulang bersama, diperjalanan ke terminal untuk
mengantarkan Virgin pulang kerumah nenekya di Frains, Stanburg, Shally menceritakan
apa yang dirasakannya di hari pertamanya menjadi umbrella girl. Shally hanya
tersenyum dan menyuruhnya untuk beradaptasi dengan pekerjaan barunya itu.
Sesampainya
diterminal, bis yang dipesan Virgin sudah menunggunya. Shally dan Virgin akan
berpisah dalam waktu yang lama, karena tiga tahun kedepan Virgin akan menjalani
pekerjaan barunya di Amsters yang jauh dari Stanburg. Tanpa sadar, air mata
Virgin dan Shally berlinang. Persahabatan yang telah lama terjalin tampak berat
sekali ketika harus terpisah, meskipun dalam waktu singkat. Tapi semua akan
terasa lama karena jalinan yang sudah terikat erat menjadikan kita merindukan
senyuman, canda tawa, dan tangisan bersama. Tapi bis akan segera berangkat, tangan
Virgin mulai terlepas dari genggaman Shally.
“Virgiiin,
aku akan selalu merindukanmu. Janagan lupa selalu beri kabar kepadaku” teriak
Shally.
“Iya,
aku juga dan selalu tak akan ku lupakan itu saudaraku” Jawab Virgin dengan
suara yang semakin lama semakin menghilang seiringan dengan laju bis.
Satu
tahun berlalu… kehidupan Shally tampak sepi tanpa kehadiran Virgin
disampingnya, meskipun mereka masih saling komunikasi dengannya. Apalagi
ditambah dengan kepenatan Shally yang harus selalu menemani Daniel yang sangat
menyebalkan baginya. Hari – harinya semakin mendatangkan kekosongan, dengan
orang tua yang tak pernah ada di rumah dan perilaku Daniel yang semakin lama
semakin memuncak dan menjengkelkan. Meskipun mereka sudah satu tahun bekerja
bersama – sama tapi perdebatan dan pertengkaran itu masih selalu hadir diantara
kesibukan mereka.
Hingga
tibalah saat dimana pameran otomotif diselenggarakan. Dan Mr. Goone meminta
Shally untuk menjadi model di stand motor balap. Shally yang hari itu memakai
celana pendek, dengan kostum kaos kuning motor balap, rambut panjang yang
diikatnya dan memakai topi kuning tampak cantik dan sempurna sekali. Disertai
dengan senyumannya yang menarik para pendatang pameran untuk berkunjung di
stand motor balapnya, entah hanya sekedar bertanya ataupun membeli motor yang
terpajang di standnya. Tak disangka Daniel yang sudah izin untuk berlibur,
datang di pameran itu.
Dari
kejauhan tampak sosok laki – laki gagah dengan gaya kerennya melangkahkan kaki
dengan pasti. Namun, ketika di depan stand langkahnya tiba – tiba terhenti
dengan mata kea rah Shally tanpa berkedip. Daniel benar – benar terpukau denga
Shally hari itu, dia tampak berbeda dari biyasanya. Kemudian Daniel tak sadar
menghampiri Shally yang sedang bergaya di samping motor yang dipamerkannya dan
hendak mengatakan sesuatu. Namun sebelum dia mengucapkannya, suara lembut
wanita menyelanya.
“Hai,
ngapain kamu disini? Bukannya lagi ingin liburan ya?” Ujar Shally dengan
sindirannya.
“Iyaa.,
Kamu tampak cantik sekali hari ini. Benar – benar wanita idaman.” Tanpa sadar Daniel mengatakannya dan membuat Shally malu.
“Apa
aku tidak salah dengar, kau memujiku cantik?” Tanya Shally memastikan.
Dan Suara keras Shally menyadarkan Daniel
dalam lamunan. Dia ingin menyetujuinya tapi dia malu dan menjaga reputasinya.
“Iiii….
Itu tadi hanya khayalan. Kamu percaya ya? Kasihan sekali kamu. Hahahaha..,”
jawab Daniel dengan gugup.
“Oooh..,
begitu, tapi sudah banyak orang yang memujiku hari ini”
“memang
aku pikirin. Hai, ayo temani aku membeli perlengkapan untuk pertandingan besok”
“Kamu
tidak lihat aku sibuk, lagi pula pekerjaanku sekarang disini. Besok saja atau
kamu berangkat sendiri”
Mereka
mulai bertengkar di tengah keramaian pameran itu. Hingga Daniel mengadu kepada
Mr. Goone tentang penolakan Shally. Akhirnya Mr. Goone menyuruh Shally pergi
bersama Daniel, dengan langkah kesal dan terpaksa Shally bersama Daniel
meninggalkan pameran.
Di
perjalanan Shally hanya diam, begitupun dengan Daniel. Hingga beberapa menit
berlalu, dan suara Daniel memulainya.
“Hai..
kenapa kamu diam saja? Tak seperti biyasanya.”
“Masalah
buat kamu?”Jawab Shally sinis
“Sudah,
jangan memulai pertengkaran lagi. Aku ingin menenangkan pikiran hari ini”
Shally
merasa ada yang aneh dengan Daniel hari itu, sepertinya dia lebih dewasa dari
biyasanya
“Ow..,
apa ada yang kamu ceritakan kepadaku?”
“Iya,
jika kamu bersedia”
“Baiklah”
jawab Shally dengan menganggukkan keoala.
Selama di perjalanan
mereka terbawa suasana dan tampak saling memahami satu sama lain. Daniel
menceritakan permasalahan yang dialaminya selama dua tahun ini. Shally ikut
merasakan kesedihan itu dan merasa kasihan dengan Daniel. Setelah memberikan
saran kepada Daniel, Shally mencoba mengajak Daniel pergi ke pusat perbelanjaan
untuk membantu Daniel melupakan segala permasalahannya. Berjam – jam mereka
bermain di pusat perbelanjaan bersama dan mereka makan malam bersama. Tampak
indah sekali senyuman Shally malam itu, begitupun dengan Shally yang merasa
mendapatkan sebuah bintang jatuh malam itu karena setelah satu tahun mengenal
Daniel baru kali ini dia mendengar tawa lepas Daniel.
Tak terasa sehari penuh mereka bersama hingga larut
malam, dan kini waktunya untuk pulang. Tanpa banyak bicara Daniel mengantarkan
Shally pulang hingga di depan rumahnya. Ketika Shally hendak masuk rumah, tiba
– tiba Daniel memanggil dengan suara lembutnya.
“Shally…..”
“Iya
Daniel….”
“Terima
kasih ya untuk hari ini”
“Iya,sama
- sama” kemudian Shally melanjutkan langkahnya.
“Shally…..”
“Iyaa”
“Selamat
beristirahat”
“Iya,
terima kasih” jawab Shally dengan senyuman
Malam
itu sungguh berbeda dari hari – hari yang sudah mereka lalui bersama
selama satu tahun ini. Mereka saling
berharap untuk menjadikan hari itu sebagai awal yang indah.
Keesokan harinya Shally berangkat pagi – pagi sekali dan
berpenampilan menarik dengan beberapa perlengkapan khususnya hari itu. Hari itu
adalah hari special untuk Shally karena perubahan sikap Daniel dan hari itu dia
juga akan melihat hasil kerjanya selama satu tahun ini. Dia akan melihat Daniel
bertanding dengan para pembalap se Stanburg dan berharap juga menyaksikan
kemenangan Daniel sebagai buah kerja kerasnya selama ini.
Sesampainya di arena pertandingan, Shally mempersiapkan
semua kepenrluan Daniel. Dan tampak para wartawan sedang mewawancarai Daniel
sebagai juara berturut – turut di Stanburg. Namun tanpa menyapa Daniel, Shally
lewat begitu saja dengan membawa botol air minum dan handuk yang akan digunakan
untuk mengusap keringat Daniel nanti. Ketika wartawan menanyakan status
hubungan pribadi Daniel, tanpa disadari Daniel menyebut nama Shally dan
menghampirinya kemudian menggandeng tangannya.
“Apa
benar saat ini anda berpacaran dengan Mr. Daniel” Tanya salah satu wartawan
Kemudian Daniel
mengedipkan mata dan menggenggam
tangan Shally, mengisyaratkan untuk mengatakan iya pada wartawan. Dengan
terpaksa Shally menjawab
“iya, benar.”
setelah peristiwa itu semua orang menganggap mereka berdua mempunyai
hubungan spesial. **********************************************************
setelah wawancara selesai, beberapa menit kemudian
pertandingan dimulai. Shally yang sudah membawa persiapan untuk Daniel,
menemani Daniel di arena pertandingan. Tak lupa dia memberikan dukungan kepada
Daniel. Tak terasa pertandingan telah selesai, Daniel mengakhiri pertandingan
dengan membawa kemenangan. Perasaan senang menjadikan emosi dalam diri Daniel
tak terkendali. Setelah turun dari motornya, tanpa sadar dia memeluk Shally dan
berterima kasih kepada Shally. Tanpa memperdulikan para penonton dan wartawan
yang sedang mengambil gambarnya.
Keesokan harinya, Shally
menonton berita olahraga pagi itu. Ternyata seluruh media tidak hanya fokus
pada berita kemenangan Daniel, namun juga membicarakan tentang hubungan Shally
dengan Daniel. Kemarahan Shally memuncak melihat berita tersebut, kemudian dia
segera bersiap-siap pergi ke kantor manajerial untuk merayakan kemenangan
Daniel dan membicarakan gosip yang beredar dimedia.
Sesampainya di kantor
manajerial, Mr. Goone menyambut kedatangannya dengan senyuman dan pujian.
“selamat pagi umbrella girl cantik, selamat atas
kesuksesanmu sebagai tim kesuksesan kami.”
“iya terima kasih banyak Mr. Goone”jawab singkat Shally.
Kemudian, Daniel datang dan
menyapanya denagn senyuman.
“hallo Shally....”
“hai, aku ingin bicara denganmu.”
“iya bicara apa?”
“aku tidak terima dengan perlakuanmu kemarin, karena itu
semua media membicarakan berita tidak benar tentang kita.”
“tapi meskipun begitu kamu juga menyukainyakan?”
Mendengar perkataan
Daniel, Shally merasa kalah dan meninggalkannya ke teras kantor manajerial. Melihat Shally yang sangat
marah dari hari-hari sebelumnya, Daniel mencari alasan untuk menjelaskan
semuanya melalui Mr.Goone. kemudian Mr. Goone menghampiri Shally yang sedang
duduk sendiri dan menyuruhnya pergi dengan Daniel dengan alasan untuk membeli
perlengkapan balap sebagai hadiah kemenangannya. Akhirnya Shally pergibersama
Daniel, namun ditengah perjalanan Daniel bukan menuju toko perlengkapan balap
namun pergi ke sebuah danau yang indah. Shally hanya terdiam melihat tingkah
Daniel.
Didanau yang indah itu,
mereka duduk berdua ditepi danau, bersama hembusan angin dan sepasang angsa
yang berenang bersama, hingga membawa ketenangan dan mendatangkan suasana yang
romantis. Suasana danau itu mengingatkan Daniel pada masa kecilnya bersama
kedua orang tuanya. Ditengah keharuan percakapan itu, Daniel menjelaskan maksud
tingkahnya ketika di arena pertandingan kemarin. Tanpa disadari, tiba-tiba
Daniel mengatakan sebuah kata manis yang mengagetkan hati Shally.
“Shally, kamu adalah wanita idamanku. Bolehkah aku
menjadi cinta terakhirmu?”
“bukan waktunya untuk bercanda Daniel..” jawab Shally
“aku benar-benar tulus mencintaimu karena Tuhan.”
Kata-kata itu mendebarkan hati siapapun yang mendengarnya. Shally hanya
terdiam dengan tatapan kosong, hingga suara Daniel membangunkannya dari
lamunan.
“bagaimana Shally, maukah kamu menerima cinta tulusku
ini?”
“iya, aku ingin kau menjadi cinta terakhirku.”
Hari itu pemandangan danau
terasa lebih indah dari ribuan hari yang pernah Daniel lalui di danau
ketenangan itu. Sekarang Daniel merasa sangat bahagia, bersama wanita calon
pendamping hidupnya. Setelah setengah hari menenangkan diri dan menyatukan hati
di danau itu, mereka pergi ke sebuah rumah makan. Ditengah perjalanan mereka
bercanda gurau dan tidak ada lagi suasana pertengkaran, yang ada hanya suasana
saling menyayangi diantara keduanya.
Enam bulan berlalu,
hubungan mereka tak pernah ada perselisihan. Hingga ketika Daniel sakit dan
mengharuskannya untuk istirahat di rumah, datanglah seorang wanita berbangsa Perancis
bernama Fransisca menjenguk kerumah Daniel. Daniel yang dari awal tak pernah
menyukai Fransisca, tidak mau menemuinya. Karena paksaan ibu Daniel yang terburu-buru
meninggalkan Fransisca, akhirnya Daniel menemui Fransisca yang sedang duduk
diruang tamu.
“Hai
Daniel, kamu sakit apa” Tanya Fransisca
“Tak
apa, butuh istirahat saja” Jawab Daniel sinis.
Kemudian Daniel
menyibukkan diri dengan membaca surat kabar pagi itu, tanpa menatap Fransisca
sedikitpun.
***
Shally yang sudah bersiap – siap berangkat, segera mengambil tas dan
berjalan menuju jalan raya. Tiba – tiba telepon genggamnya berdering, dan
dilihatnya Mr. Goone menelepon.
“Hallo Mr. Goone. Aku segera berangkat.”
“Bukan itu yang ingin aku bicarakan. Hari ini Daniel
sakit jadi kuliburkan”
“Benarkah?”
“Apa kau benar tak tahu? Tadi ibunya menelponku.”
“Oh, iya. Terima kasih”
Wajah Shally menjadi suram dan sangat khawatir dengan
keadaan Daniel. Shally mencoba menelpon Daniel, namun tidak ada jawaban.
Akhirnya Shally berpikir untuk langsung pergi ke rumah Daniel. Sebelum menuju
ke rumah Daniel, Shally pergi ke mini market membeli buah untuk membawanya ke
rumah Daniel.
Sesampainya di rumah
Daniel, pembantunya yang sudah lama mengenal Shally membukakan pintu dan
mempersilahkan dia masuk. Shally langsung menuju ke ruang tamu dan Daniel
sangat terkejut melihat kedatangan Shally.
“Shally, kenapa kamu tidak bilang kalau mau datang
kerumahku?” Tanya Daniel terkejut.
“Iya, Mr. Goone bilang kamu sakit” Jawab Shally
“Ooo.., jadi ini wanita yang namanya Shally. Dasar wanita
gembel, tak berpendidikan dan tak tahu malu. Aku ini tunangan Daniel” Sela
Fransisca
Shally kaget
mendengar kata itu, hingga menjatuhkan buah yang sudah dibawanya.
“Kenapa kamu bengong? Silahkan pergi, jangan mengganggu
kebahagiaan kami berdua”
Shally merasa
sangat dilecehkan dan berlari meninggalkan ruang tamu itu.
“Jangan Shally! Jangan percaya perkataan wanita gila
ini.”
Namun Shally tak mau mendengarkan dan tetap berlari. Melihat Shally seperti
itu, Daniel ikut sakit hati dan mendorong Fransisca hingga tersungkur di
lantai. Kemudian mengejar Shally sampai ke jalan raya. Namun saat Daniel
berusaha menjelaskan Shally justru berlari dan masuk ke dalam taxi dengan
deraian air mata.
Kemudian Daniel kembali pulang untuk mengambil mobilnya. Namun sebelum dia
pergi, Daniel menemui Fransisca yang masih di ruang tamu dan menangis.
“Hai wanita gila, ngapain kamu menangis di rumahku? Pergi kamu dari
rumahku. Sebenarnya kamu itu wanita yang tak berpendidikan dan tak tahu malu.
Aku tak pernah mencintaimu tapi untuk apa kamu selalu datang ke rumahku dan
membujuk ibuku. Cepat pergi!” Bentak Daniel.
Tanpa menjawab apa
– apa, Fransisca pergi dengan malu dan sakit hati. Setelah itu, Daniel pergi ke
rumah Shally dengan perasaan cemas. Beberapa kali telepon Daniel tidak dijawab
oleh Shally. Sesampainya di rumah Shally, pembantu Shally membukakan pintu dan
mempersilahkan Daniel duduk. Beberapa kali pembantu Shally mengetuk pintu
kamarnya, namun tidak ada jawaban dan hanya terdengar isak tangis Shally.
Pembantu Shally menjelaskan keadaan Shally dan mempersilahkan Daniel kembali
menunggu atau kembali besok setelah Shally sudah tenang. Setelah beberapa saat
Daniel menunggu dan mengirim SMS kepada Shally untuk menemuinya, Daniel
memutuskan untuk pulang dan kembali lagi besok.
“Bi, ya sudah. Saya kembali besok saja” Ucap Daniel
“Iya tuan, Nona Shally kalau sudah mengamuk sulit sekali
untu membaik”
“Jangan lupa bujuk dia untuk makan ya Bi”
“Iya tuan, pasti saya lakukan”
“Terima kasih Bi, saya pulang”
Hari selanjutnya, pagi sekali Daniel sudah berangkat ke
rumah Shally. Ditemui Ibu dan Ayah Shally di rumah. Kemudian Daniel
menceritakan semua yang terjadi pada mereka, dan orang tua Shally mencoba
membujuk Shally untuk menemui dan menjelaskan cerita sebenarnya. Dengan
penjelasan orang tua Shally, dia berharap Shally mau menemui Daniel. Namun
tetap sama, Shally masih tidak mau menemui Daniel dan dia pulang dengan
perasaan hampa. Keesokan harinya Daniel kembali datang, namun dia pulang dengan
perasaan yang sama dengan sebelumnya.
Setelah satu minggu tidak
berkomunikasi. Tiba – tiba telepon Shally berdering dan dilihatnya Mr. Goone
menghubunginya, kemudian di jawabnya.
“Selamat Pagi Mr Goone”
“Pagi, Shally jangan lupa besok pertandingan tingkat
Internasional. Jadi persiapkan dirimu untuk kembali membawa kemenangan untuk
Stanburg”
“Tapi Maaf Mr. Saya tidak berani berjanji untuk datang”
“Saya harap kamu datang dan tolong jangan membuat kecewa
Stanburg”
“Iya”
Tidak seperti biasa, Shally menutup telepon dengan tidak sopan dan sangat
tidak bersemangat.