Selasa, 01 Desember 2015

Sejarah Islam di Indonesia



Sejarah Islam di Indonesia
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Sejarah Peradaban Islam”
Dosen Pengampu :
Zetty Azizatun Ni’mah, M.Pd.I

 


Disusun Oleh :
Lutfiana Sari
Najmina Fairuz Zara
Shohaa Arifia Irsyada
(932141914)
(932143714)
(932143814)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena hanya atas berkah, rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, makalah dengan judul Sejarah Islam di Indonesia ini dapat kami selesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak pihak yang turut membantu serta memberikan dorongan pemikiran dan materi. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibu selaku Dosen Sejarah Peradaban Islam dan juga berbagai pihak yang telah memberikan sumbangan dalam penyelesaian makalah ini.
Selanjutnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Namun demikian, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dan memberikan sumbangan pengalaman bagi pembacanya.

Kediri, 24 April 2015
Penyusun,







ii
 
DAFTAR ISI
Halaman judul .......................................................................................................
i
Kata Pengantar .....................................................................................................
ii
Daftar isi ...............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A.    Latar Belakang ...........................................................................................
1
B.     Rumusan Masalah ......................................................................................
2
C.     Tujuan Penulisan .......................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................
3
A.       Dasar Teori Masuknya Islam di Indonesia ............................................
 3
B.     Proses Islamisasi yang dilakukan oleh Umat Islam di Indonesia............
 6
C.     Perkembangan Islam di Indonesia .........................................................
 8
D.    Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ....................................................
18
BAB III PENUTUP ............................................................................................
21
A.    Kesimpulan ................................................................................................
21
B.     Saran ..........................................................................................................
22
Daftar Pustaka ......................................................................................................
iv







iii
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh  para khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga Nusantara. Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan daerah yang terkenal sebagai  penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari  berbagai penjuru dunia datang ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah asal mereka.. Hal ini tentu  bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di massa media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam.
Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-Budaha dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah mendalam, di Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain belum terjadi.Walaupun demikikan, Islam dapat cepat menyebar. Hal itu disebabbkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i dan ulama’, bagaimanapun keislaman para da’i dan ulama’ masa awal, mereka semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari pada peradaban yang ada.
1
 
B.       Rumusan Masalah
A.       Apa saja yang menjadi dasar teori masuknya Islam di Indonesia?
B.       Bagaimana proses Islamisasi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia?
C.       Seperti apa perkembangan Islam di Indonesia?
D.       Apa saja kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia?

C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami dasar teori masuknya Islam di Indonesia
2.      Untuk mengetahui proses Islamisasi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia
3.      Untuk mengetahui perkembangan Islam di Indonesia
4.      Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia










2
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Dasar Teori Masuknya Islam Di Indonesia
Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai.[1]Berbeda dengan penyebaran Islam di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batasan tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama (Da’i) dan pengembara sufi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi perbedaan pendapat tentang kapan, dari mana, dan darimana pertama kali Islam datang ke Nusantara. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi sebagai berikut:[2]
1.    Teori Gujarat
3
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat.
2.      Teori Makkah
Teori Makkah ini dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof. H. Abdul Karim Amrullah (Hamka) yang mengadakan “Seminar Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia” di Medan tahun 1963. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (sekitar abad ke 7 sampai 8 Masehi) Lansung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke 13 (yaitu sudah ada sejak abad ke 7 Masehi) melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. [3]
3.      Teori Persia
4
Teori Persia merupakan gabungan dua teori sebelumnya yang digagas oleh Sarjana Muslim Kontemporer seperti Taufik Abdullah. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 atau 8 Masehi, tetapi barudianut oleh pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke 13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai. Pembawanya berasal dari Persia (Iran). Hal ini terjadi akibat harus balik kehancuran Baghdad Ibukota Abbasiyah oleh Hulagu. Kehancuran Baghdad menyebabkan pedatang Muslim Mengalihkan aktivitas perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara.[4] Dan menurut P.A. Hoesein Djajadiningrat bahwa budaya yang berkembang di Indonesia sama dengan budaya yang ada di Indonesia.
Bukti-bukti persamaan budaya itu antara lain:[5]
a.    Adanya peringatan 10 Muharram atau Asyura yang merupakan tradisi yang berkembang dalam masyarakat Syiah untuk memperingati kematian Husain di Karbela. Tradisi ini diperingati dengan membuat bubur Syura. seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.
b.    Adanya persamaan antara ajaran al-Hallaj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syeikh Siti Jenar
c.    Persamaan dalam sistem mengeja huruf Arab bagi pengajianal-qur’an tingkat awal.
Bahasa Iran : Jabar – Zabar            Bahasa Arab : Fathah
                       Jer – Ze-er                                        Kasrah
                       P’es – Pyes                                       Dhammah
Disamping itu, mengenai huruf sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan sin bergigi berasal dari Arab.
d.  
5
Adanya persamaan batu nisan yang ada dimakam Malik al-Shalih (1297 M) di Pasai dengan makam Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik yang dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini Hoesein Djajadiningrat berpendapat bahwa Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh dari Persia yang menganut faham Syiah dan dari sinilah Syiah dibawa ke Indonesia.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).

B.       Proses Islamisasi Yang Dilakukan Oleh Umat Islam Di Indonesia
Proses masuknya islam ke Indonesia dilakukan secara damai dengan cara menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama kedudukannya dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk agama Islam. Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam ke Indonesia adalah melalui beberapa proses sebagai berikut:[6]
1.        
6
Perdagangan, yang mempergunakan saluran Pelayaran. Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yang datang atas undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia.
2.        Dakwah, dilakukan oleh Mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang. Para Mubaligh itu bisa jadi juga para Sufi pengembara.
3.        Perkawinan, yaitu perkawinana antara pedagang Muslim, Mubalig dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat muslim. Dengan perkawinan itu, secara tidak langsung orang muslim status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Lebih-lebih apabila pedagang besar menikah dengan putri raja, maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan, Syahbandar, Qadi, dan lain-lain.
4.      Politik, Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam.Proses seperti ini terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini dapat dikatakan pula bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
5.       
7
Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat-pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Pusat-pusat pendidikan dan da’wah Islam di kerajaan Samudera Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirim mubaligh lokal, di antaranya mengirim Maulana Malik Ibrahim ke Jawa. Selain menjadi pusat-pusat pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan Syaikh Dzatu Kahfi; Maulana Hasanudiidn yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sunan Banten pertama.
6.        Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’i, dan sufi pengembara. Para ulama atau sufi itu ada yang kemudian diangkat menjadi penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abdul Rauf Singkel. Demikian juga kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasihat yang bergelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
7.      Saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyayian, dan seni busana.

C.      Perkembangan Islam di Indonesia
1.      Perkembangan Politik Islam Indonesia
Masalah politik merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kekuasaan, pemerintahan, lembaga-lembaga dan proses politik, hubunga internasional, dan tata pemerintahan.[7]
a.    Politik Islam Masa Penjajahan
1)        Masa Penjajahan Belanda
8
Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau Jawa dengan perjanjian Gianti, karena itu raja Jawa kehilangan kekuasaan politiknya. Bahkan, kewibawaan raja sangat tergantung pada VOC. Sehingga rakyat kehilanan kepemimpinan, sementara penguasaan kolonial sangat menghimpit kehidupan mereka. Kolonial Belanda merajalela, penggusuran dan perampasan tanah milik rakyat untuk kpentingan pemerintah semakin digalakkan. Dan hal ini terjadi sampai abad ke-14, dimana dalam kondisi yang seperti ini rakyat mulai mencari pemimin yang mau memperhatikan tidak seperti raja mereka yang hanya menuruti perintah Belanda. Pusat politik pun berpindah ke wilayah-wilayah yang jauh dari istana, salah satunya ke pesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis perlawanan.
Islam yang mengajarkan hidup damai dan tata cara muamalah pun dapat dengan mudah menghimpun umat untuk bersatu. Masyarakat bersama para ulama dan kiai pun mulai melakukan perlawanan kepada Belanda yang semakin hari menyulitkan hidup mereka. Terjadilah perang Padri (1821-1837), yang dipelopori oleh Imam Bonjol yang dibantu oleh delapan ulama yang bergelar Harimau nan Salapan. Perang Aceh (1873-1904) dipimpin Panglima Polim yang didukung oleh para ulama, haji, dan Muslim Aceh. Walaupun perang tersebut mengalami kekalahan, tetapi Islam malah semakin berkembang ke pedalaman. Seperti sisa-sisa tentara perang Padri yang berada di pedalaman tanah Batak, menjadikan sebagian suku Batak memeluk Islam.
Sebagian sisa-sisa pelarian perang Padri yang lain juga ada yang pergi ke Timur Tengah untuk menuntut ilmu, sehingga terkena pengaruh Islam internasional. Diantara mereka adalah Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Djamil Djambek, dan Thahir Djalaludin. Setelah kembali dari Timur Tengah, mereka pun mulai mencari cara agar dapat berkompetisi dengan kekuatan kolonial yakni dengan cara mendirikan organisasi-organisasi, baik bidang sosial yang terkenal dengan nama Sumatra Thawalib atau melalui gerakan politik dengan nama Permi. Demikian juga dengan K.H. Ahmad Dahlan di Jawa dengan gerakan Muhammadiyah dan K.H. Hasyim Asy’ari degan gerakan NU. Walaupun latar belakang menyebabkan kegiatan dan pusat perhatian berbeda-beda, namun keduanya menjadikan Islam sebagai landasan ideologis.

9
 
2)        Masa Penjajahan Jepang
Jepang memiliki keinginan yang kuat untuk menguasai Indonesia dengan berbagai cara. Bahkan, dapat dikatakan bahwa Jepang lebih kejam daripada Belanda. Jepang berambisi menggantikan Islam dengan agama Shinto. Beberapa usaha Jepang untuk menghilangkan kebagsaan Indonesia menjadi Nippon adalah sebagai berikut:
-       Membersihkan kebudayaan Barat, kebudayaan Islam diganti dengan Kebudayaan Jepang.
-       Mengubah Sistem Pendidikan.
-       Membentuk barisan pemuda.
-       Memobilisasi pemimpin Islam.
-       Membentuk organisasi baru.
Diantara usaha-usaha tersebut, Jepang berniat untuk mengganti Islam dengan agama Shinto sehingga Jepang membentuk organisasi-organisasi Islam. Namun, masyarakat Indonesia akhirnya sadar bahwa Jepang hanya ingin menghancurkan Islam. Dan tindakan Jepang tersebut justru memiliki dampak positif bagi Muslimin Indonesia, diantaranya:
-            Mendamaikan antara kaum pembaharu dengan kaum tradisional.
-            Memberi kesempatan kepada para ulama untuk mengalami pendidikan politik dengan menjadi pemimpin suatu organisasi besar yang menyeluruh yang didukung oleh berbagai macam aliran, telah memberikan pengalaman baru bagi para ulama.
-           
10
Memberi kesempatan kepada ulama untuk menjadi administratur, sehingga memiliki pengalaman baru terlibat dalam kewajiban untuk membuat dan melaksanakan aturan perundang-undangan.
-            Mempersatukan sitem pendidikan.
-            Memberikan latihan dan ketrampilan kepada para pemuda untuk mempersiapkan diri menjadi kader bangsa.
-            Mempersatukan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional.
-            Membentuk organisasi Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), juga Hisbullah yang menjadi salah satu cikal bakal TNI.
-            Mendirikan sekolah tinggi Islam.

b.        Politik Islam Masa Kemerdekaan
1)        Masa Revormasi
Pada awal kedatangan Jepang ke Indonesia, masyarakat Indonesia anti barat. Oleh karena itu, Jepang pun berusaha merangkul Islam, terutama pemimpin-pemimpinnya. Oleh karena itu, kelompok Islam, baik yang berasal dari Muhammadiyah maupun dari pesantren, dipersatukan, diikutsertakan dalam birokrasi  dan dilatih dalam bidang politik. Pemuda-pemuda dan para kiai dilibatkan pada bidang militer, didirikan layskar Hisbullah, Sabilillah. Sejumlah pemimpin tentara ketika perjuangan revolusi antara lain Jenderal Sudirman dan Kasman Singodimejo adalah tokoh Islam yang dilatih Jepang.[8]
11
Pada akhir masa pendudukan Jepang, perhatian penguasa militer Jepang beralih dari golongan Islam ke gologan Rasionalis sekular. Sewaktu Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dengan membentuk BPUPKI, wakil golongan Islam yang didudukkan pada badan itu ternyata tidak proporsional. Dari 68 anggota badan, hanya 15 orang yang mewakili golongan Islam. Dalam panitia kecil yang terdiri dari 9 orang, 4 diantaranya mewakili aspirasi Islam, 4 lainnya dari golongan rasionalis sekular dan satu non-muslim. Pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil menyetujui Piagam Jakarta yang mencantumkan keharusan menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya didalam negara Indonesia yang merdeka nanti.
Tema penting yang menjadi bahasan BPUPKI saat itu adalah mengenai ideologi apa yang akan digunakan setelah Indonesia merdeka, apakah ideologi Islam, atau pemisahan antara agama dan negara (sekular). Wakil Islam yang menonjol kala itu antara lain Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Ahmad Sanusi, Wahid Hasyim, Abd. Kahar Muzakkir berpendapat bahwa Islam adalah agama yang sangat berkepentingan dengan masalah politik duniawi. Islam tidak membedakan anatara agama dan keduniaan, tidak memisahkan urusan akhirat dan dunia. Oleh karena itu jelas, bahwa negara Indonesia haruslah negara Islam.
Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian tenggelam dalam kebisingan revormasi. Bahkan para pemikir Islam menyatakan bahwa memanggul senjatamelawan penjajah untuk membela negara merupakan bagian yag tidak terpisahkan dari agama. Sikap mereka itu menentukan perjuangan masa Revolusi.
2)        Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak dapat diketahui serentak oleh seluruh masyarakat Indonesia karena terbataskan alat komunikasi dan juga transortasi. Namun, kabar ersebut dapat berangsur-angsur sampai ke kota-kota dan kemudian menyebar kewilayah-wilayah terpencil. Dan kabar tersebut disambut dengan gagap-gempita oleh seluruh warga Indonesia.
12
Dalam proses membentuk dan memperahankan negara yang baru dicapai ecara revolusi, Masyumi sebagai satu-satunya partai politik yang beideologi Islam pada saat itu memandang bahwa Masyumi harus langsung terlibat dalam jabatan-jabatan kekuasaan sebagai suatu jalan strategis dalam mewujudkan tujuannya. Masyumi ingin pejabat-pejabat juga menjalankan hukum Allah dan hukum Allah dapat dijadikan undang-undang pula. Dalam hal ini, Masyumi turut memegang peran dalam sistem politik Indonesia kala itu.
c.         Politik Masa Orde Lama
Sejak masa Demokrasi terpimpin, Indonesia mengalami masa yang disebut Orde Lama. Situasi politik kala itu semakin kacau, terutama masyarakat diluar Jawa. Simpati kepada Hatta cenderung menjadi sikap yang anti terhadap pemerintah pusat kota Jakarta.  Kekecewaan juga berkembang didaerah karena tidak adanya perhatian pusat pada pembangunan daerah penghasil devisa.
Pada masa ini, pertentangan terjadi dimana-mana, didesa dan dikota sehingga masyarakat terkotak-kotak. Secara umum , pada tahun 1960-an terdapat golongan NU, PNI, dan juga PKI. Ketiganya adalah pendukung Nasakom yang dimaksud sebagai ide pemersatu, tetapi pada kenyataannya malah menjadi unsur pemecah belah. Tahun 1965, terjadi bentrokan antara PKI dan Islam, sehingga timbul kekacauan dimana-mana. Pada saat itu pula, Soekarno sebagai presiden kala itu mengalami sakit. Disinilah muncul perdebatan siapa yang akan menjadi pengganti Soekarno. Pada tanggal 30 September malam, dibawah komando Syam, Ketua Biro khusus CC PKI, kolonel Untung dan pasukannya melakukan penculikan dan pembunuhan sejumlah jenderal Angkatan Darat. Peristiwa ini dikenal dengan nama G30S PKI.
13
Hal tersebut kemudian menciptakan kerjasama antara kelompok tentara dengan kelompok organisasi Islam. Pada tanggal 9-11 November, Muhammadiyah mengadakan sidang kilat yang mengeluarkan fatwa penumpasan G30S PKI adalah ibadah yag hukumnya wajib ‘ain. Didaerah-daerah, pemuda Ansor merupakan kekuatan yang besar dalam menumpas PKI. Bagaimanapun, G30S PKI merupakan catatan sejarah kelam pertumpahan darah yang paling mengerikan dan tidaka ada satupun yang menginginkan hal tersebut terjadi lagi.
d.        Politik Islam Masa Orde Baru
Orde Baru menunjuk kepada tatanan dengan tujuan kehidupan sosial, politik, ekonomi, kultural yang dijiwai oleh moral pancasila, khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu dikalangan umat Islam timbul harapan-harapan, dengan dihapusnya PKI dan tidaka ada lagi halangan melaksanakan “syari’at Islam”.
Pada masa Orde Baru, umat Islam berhasil menggalang perstuan, sehingga pada pemilu tahun 1971 perolehan kursi partai mendapat 94 kursi. Dan pada masa Orde Baru juga tumbuh kesadaran dikalangan generasi muda Islam, kalangan santri yang lahir sekitar tahun 1945 dan melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi, baik dalam negeri, Timur Tengah, atau Barat.
Sepanjang periode ini, Soeharto memberikan pengawasan ketat terhadap pergerakan dan partai politik muslim. Dan panji-panji sekular pemerintah Indonesia mulai melanggar batas-batas wilayah hukum Islam. Hal tersebut mendapat tantangan yang keras dari umat Islam. Akan tetapi, dibalik kemunduran politik, kekuatan pergerakan muslim sebenarnya tetap besar.
e.       Politik Islam Masa Reformasi
Jatuhnya pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan korup membawa harapan munculnya pemerintahan pasca orde baru yang demokratis. Hal itu tercermin dari kebebasan mendirikan partai politik. Tercatat ada 48 partai baru yang mengikuti pemilu 1999, termasuk didalamnya partai-partai Islam. Keadaan ini juga memengaruhi ulama untuk kembali aktif didunia politik dengan terjun langsung untuk memenangkan partai tertentu sesuai dengan posisisnya.
14
 
Politik memang mampu mebuat ulama-ulama terpolarisasi sedemikian rupa. Kampanye pemilu 1999 misalnya, diwarnai dengan menghamburnya para kiai untuk membela partai politiknya masing-masing sesuai dengan basis keulamaan mereka. Kehadiran ulama dalam politik seharusnya berdampak positif, dalam pengertian memberikan sumbangan bagi terciptanya bangunan struktur politik yang bermoral, karena ulama adalah simbol moral. Namun, ketika ulama itu terpolarisasi sedemikian rupa, sehingga sering antara seorang ulama dengan ulama lain saling berhadapan dalam membela partainya masing-masing.

2.      Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia
Islam datang ke Indonesia dengan jalan damai, maka terjadilah asimilasi, yaitu asal tidak melanggar aturan-aturan agama. Oleh sebab itu, tidak heran jika aspek seni budaya Islam Indonesia tidak sehebat seperti dinegara lain. Kesenian-kesenian Islam yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:[9]
a.       Batu Nisan
Kebudayaan Islam dalam bidang seni, mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu nisan. Nisan-nisan tersebut pada umumnya didatangkan dari Gujarat yang berbentuk Lunas (Bentuk badan kapal terbalik) yang sangat mengesankan. Namun, kebudayaan nisan ini tidaklah berkembang lebih lanjut.[10]
b.      Arsitektur (Seni Bangun)
15
Seni bangun yang berjiwa Islam di Indonesia amat sangat jarang. Hampir tidak ada bangunan Islam yang menunjukkan keagungan Islam setaraf dengan bangunan besejarah dinegara Islam lain. Dalam seni bangun Islam Indonesia pada garis besarnya mempunyai dua corak, yaitu asli dan baru.
c.       Seni Sastra
Bidang santra Indonesia banyak pengaruhnya dari persia, hampir semua cerita dinamakan hikayat dan dimulai dengan nama Allah dan Shalawat Nabi. Berkembang juga seni hias di Indonesia terutama di Aceh, para ulama banyak menulis kitab-kitab agama. Muncul juga seni tari dan seni musik yang masih berkembang sampai sekarang adalah tari Saman, di Banjarmasin Samroh, Aceh.

D.      Kerajaan-Kerajan Islam di Indonesia
1.         Kerajaan Islam Disumatera
a.       Kerajaan Perlak
Sebagai sebuah pelabuhan perniagaan yang maju dan aman pada abad ke 8 M perlak menjadi tempat persinggahan kapal-kapal niaga orang-orang arab dan persi. Seiring dengan berjalannya waktu didaerah ini terbentuk dan berkembang masyarakat islam terutama sebagai akibat perkawinan diantara saudagar-saudagar muslim dengan perempuan-perempuan anak negri. Perkawinan ini menyebabkan lahirnya keturunan-keturunan muslim dari percampuran darah antara arab, persi dengan puteri-puteri perlak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan berdirinya kerajaan islam perlak yang pertama pada hari selasa satu hari bulan muharram tahun 225 H = 840 M dengan rajanya Syed Maulana Abdul Azia Shah atau yang terkenal dengan gelar Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Azis Shah.[11]
b.        Samudera Pasai
16
18
Samudera pasai disebut-sebut sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Keberadaan kerajaan ini didukung oleh adanya bukti batu nisan kubur yang menunjukkan raja pertama adalah Al Malik al-Saleh yang wafat pada bulan Ramadhan 696 H atau sekitar 1297 M. Ia juga merupakan pendiri kerajaan samudera pasai, hal ini diketahui dari tradisu Hikayat raja-raja para sarjana barat. Diantara kronik padai dan sejarah melayu ada perbedaan sedikit tentang nama kraja-raja penerus Merak Silu. Ada sumber yang mengatakan tentang berdirinya Kerajaan Samudera Pasai sejak tahun 433 H/1024 M sedangkan pendirinya adalah Meurah Khair yang setelah menjadi raja bergelar  Maharaja Mahmud Syah. Ia memerintah sampai tahun 470 H/1078M. Setelah itu pemerintah dipegang oleh:
1.)      Maharaja Mansur Syah (470-527H/1078-1133M)
2.)      Maharaja Ghiyas)yuddin Syah (cucu meurah khair) (527-550H/1133-1155M)
3.)      Maharaja Naruddin (meurah noe) atau Tengku Samudra Al Kamil merupakan sultan terakhir dari dinasti Meurah Khair.[12]
c.         Kerajaan Malaka
17
Hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang muslim melalui selat malaka makin lama semakin kuat sampai pada masa awal abad ke 13M sehingga ter4bentuklah perkampungan islam dipesisir samudera. Sebagai akibat hubungan lalu lintas melalui selat malaka dengan samudera pasai sebagai salah satu tempat persinggahan para pedagang maka sampailah islam kebagian semenanjung melayu yaitu ketrengganu dan ini merupakan bukti yang tidak dapat dipungkiri lagi tentang kedatangan dan tumbuhnya masyarakat islam daerah tersebut.[13] Abad ke 15 Malaka menjadi emporium yang sangat penting di Asia Tenggara. Malaka menjadi sebuah kota metropolitan, sebuah bandar yang makmur, dan tempat berbaurnya berbagai bangsa dan kebudayaan yang beragam pula. Pendirinya adalah Parameswara yang setelah memeluk islam (ketika berumur 72 tahun) bergelar Megat Iskandar Syah wafat tahun 1424 M penggantinya adalah Sultan Muhammad Syah (1414-1444 M).
d.        Kerajaan Aceh Darussalam
Menurut Anas Machmud kerajaan aceh berdiri pada abad ke 15M, diatas puing-puing kerajaan Lamuri. Pendirinya adalah Muzaffar Syah (1465-1479M). Dialah yang membangun kota aceh darussalam yang pada waktu itu mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan walaupun pada saat itu dapat dikatakan bahwa banda aceh sebagai bandar niaga tidak terlalu ideal untuk pelabuhan kapal-kapal besar karena ombak besar samudera hindia. Akan tetapi setelah malaka jatuh ketangan portugis 1511 M, para pedagang muslim lebih memilih bandar banda aceh ketimbang malaka. Dengan ramainya bandar maka kesultanan aceh mendapat banyak keuntungan.

2.      Kerajaan Islam di Jawa
a.       Kerajaan Demak (1500-1550)
Pendiri kerajaan demak adalah Raden Patah. Dia adalah putera raja Majapahit dari isteri Cina yang dihadiahkan kepada raja palembang.[14] Graaf menyatakan bahwa asal-usul Raja Demak dari keturunan cina dapat dipercaya bahkan dia sudah menganut agama islam ketika dia menetap disana. Konon dia berasal dari gresik dan menjabat sebagai putih. Dia hidup didemak pada perempat terakhir abad ke 15.
b.      Kerajaan Pajang (1568-1618)
18
Pengesahan Joko Tingkir sebagai raja pertama pajang disahkan oleh sunan giri dan segera mendapatkan pengakuan dari adipati-adipati diseluruh jawa tengah dan jawa timur. Sedangkan kadipaten yang dipimpin oleh seorang adipati, arya pangiri. Dia adalah anak sultan prawoto yang diangkat oleh sultan pajang. Setelah joko tingkir disahkan menjadisultan, tanda kebesaran demak dipindahkan ke pajang.
c.       Kerajaan Mataram
Kiai ageng pamanahan yang lebih dikenal dengan nama kiai gede mataram, sebagai perintis kerajaan mataram. Dialah yang dalam waktu singkat menjadikan daerahnya sangat maju. Dia sendiri tidak sempat menikmati hasil usahanya, karena dia meninggal pada tahun 1575. Akan tetapi anaknya yang bernama sutawijaya yang dikenal dengan senopati melanjutkan usahanya dengan giat. Karena dia adalah seorang yang gagah berani dan mahir dalam peperangan, maka dia dikenal dengan senopati ing alaga bahkan sayyidin panatagama.[15]
d.      Kerajaan Cirebon
Pendiri kerajaan Cirebon adalah sunan gunung jati ia bernama Nurullah kemudian terkenal dengan sebutan Seikh Maulana. Penulis-penulis Portugis mengenalnya dengan nama Falatehan dan tagaril. Adapun Hamka menyebut Falatehan dengan nama Fatahillah nama tersebut sebagai penghargaan tertinggi dari sultan trenggana karena dia dapat menaklukkan banten, sedangkan nama sebelumnya adalah Syarif Hidayatullah.
e.       Kerajaan Banten
Pada tahun 1524/1525 Narullah dari Pasai, yang kelak menjadi sunan gunung jati, telah berlayar dari demak ke banten, untuk meletakkan dasar bagi pengembangan agama islam dan perdagangan orang-orang islam. Pada tahun 1527 dibawah pimpunan Hasanuddin-tokoh kedua dan dianggap sebagai pendiri Banten.
f.       Kerajaan Islam di Madura
19
Berbicara tentang kerajaan-kerajaan islam di madura, sebetulnya hal itu merupakan estafet dari kerajaan-kerajaan sebelumnya. Misalnya menurut cerita tradisi para raja madura tetap setia kepada kekuasaan tertinggi istana sampai kerajaan majapahit jatuh pada tahun 1572. Sesudah itu mereka mengakui kekuasaan tertinggi dari kesultanan demak yang telah berhasil keluar sebagai pemejnang terkuat dalam perebutan kekuasaan. Saat itupulau madura dijadikan sebagai basis islamisasi terhadap beberapa wilayah diujung timur jawa yang tetap kafir yang didukung oleh bali. Ternyata islamisasi itu berhasil dengan masih islamnya keluarga raja yang bernama pangeran jokotole. Tatkala sultan agung berkuasa pada tahun 1624 Madura dapat ditaklukkan.

3.      Kerajaan Islam di Maluku
a.       Kesultanan Ternate
Ja’far as-Shiddiq seorang keturunan arab datang ke ternate untuk menyejbarkan islam.
b.      Kesultanan Tidore
Sultan tidore yang pertama bernama syahadati alias muhammad bakil yang naik tahta 12 robiul awal  502H.
c.       Kesultanan Jailolo dan Bacan
Sultan pertama bernama darajati, kedua fataruba, ketiga tarakabun, keempat nyiru, kelima yusuf, keenam dias, ketujuh bantari, kedelapan sagi dan yang kesembilan sultan hasanuddin.

4.      Kerajaan Islam yang berpusat di Sulawesi
a.       Kerajaan Makasar
Munculnya kerajaan makasar tidaklah lepas dari keberadaan kerajaan gowa dan tallo. Hal ini dikarenakan kerajaan makasar terbentuk dari gabungan dua kerajaan tersebut yaitu gowa dan tallo.
b.      Kerajaan Buton
20
Diawali dengan datangnya dua rombongan imigran yang berasal dari melayu johor ke  buton pada abad ke 13 dan awal abad ke 14. Kedua rombongan tersebut mendarat ke  buton pada tempat yang berbeda.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Dasar teori masuknya Islam di Indonesia secara garis besar terdiri dari tiga teori yaitu pertama, Teori Gujarat, yang mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Kedua, Teori Arab, bahwa Proses datangnya Islam berasal dari arab. Ketiga, teori Persia, mengatakan bahwa datangnya Islam di Indonesia berasal dari Persia.
2.      Proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa saluran, diantaranya: Perdagangan yang mempergunakan saluran Pelayaran. Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia, dakwah dilakukan oleh Mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang. Perkawinan yaitu perkawinana antara pedagang Muslim, Mubalig dengan anak bangsawan Indonesia, politik Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam, pendidikan setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat-pusat pendidikan dan penyebaran Islam , tasawuf Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama, da’i, dan sufi pengembara. Para ulama atau sufi itu ada yang kemudian diangkat menjadi penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan, dan kesenian . Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyayian, dan seni busana. .
3.     
21
Perkembangan Islam di Indonesia sendiri terdiri dari berbagai bidang antara lain: bidang politik Masalah politik merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kekuasaan, pemerintahan, lembaga-lembaga dan proses politik, hubunga internasional, dan tata pemerintahan , dan seni budaya Islam datang ke Indonesia dengan jalan damai, maka terjadilah asimilasi, yaitu asal tidak melanggar aturan-aturan agama. Oleh sebab itu, tidak heran jika aspek seni budaya Islam Indonesia tidak sehebat seperti dinegara lain.
4.      Dan juga di Indonesia berdiri kerajaan-kerajaan baik di Sumatera yaitu Kerajaan Perlak, Samudra Pasai, Malaka, dan Aceh Darussalam. Dan di   Jawa, yaitu Kerajaan Demak, Pajang, Mataram, Cirebon, Banten, dan juga Kerajaan di Madura. Sedangkan di Maluku, antara lain yaitu kerajaan Ternate, Tidore, dan kesultanan Jailolo dan bacan.   Dan kerajaan yang berpusat di Sulawesi yaitu kerjaan Makasar dan juga Kerajaan Buton.


B.     Saran
Kami selaku penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Aamiin.



22
 
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1991.  Sejarah Umat Islam di Indonesia. Majelis Ulama Indonesia
Azmi, Wan Hussein. 1993. Islam di Aceh Masuk dan Berkembang Hingga Abad XVI. T.t: PT. Al Ma’arif,
Azra, Azyumardi. 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara,Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya
Hamka. 1975.  Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang
Hasyimy, A.1981. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: Al-Maarif
Kartodirdjo, Sartono. 1977. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka
Sunanto, Musyrifah. 2012. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. akarta: Rajawali Pers
Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan
Tjandrasasmita, Uka. 1984.   Editor Nasional Indonesia III . jakarta, PN Balai Pustaka.
iv
 


[1] AzyumardiAzra, Renaisans Islam Asia Tenggara,Sejarah Wacana dan Kekuasaan,(Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 1999), 8
[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: Rajawali Pers, 2012) 8
[3] A. Hasyimy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung: Al-Maarif, 1981) 358
[4] Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam di Indonesia,(Majelis Ulama Indonesia, 1991) 39
[5] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996) 75
[6] Sunanto, Sejarah Peradaban., 10
[7] Sunanto, Sejarah peradaban., 28.
[8]  Sunanto, Sejarah peradaban., 50.
[9]  Sunanto, Sejarah peradaban., 94.
[10] Hamka, Sejarah Umat Islam IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 78.
[11] Wan Hussein Azmi “Islam di Aceh Masuk dan Berkembang Hingga Abad XVI” (T.t: PT. Al Ma’arif,1993) hlm. 195
[12] Ibid.,
[13] Uka Tjandrasasmita, Editor Nasional Indonesia III (jakarta, PN Balai Pustaka,. 1984), hlm. 114
[14] Surtono, pengantar, hlm. 29
[15] R. Moh. Ali, Perjuangan, hlm.100-101